Picture
“Dan Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah kalian untuk Allah“. (Qs. Al-Baqarah: 196). Haji merupakan ibadah yang menampakkan sisi ‘ittiba’ aspek peneladanan kepada Nabi SAW yang paling ketara. Sedikit saja dari amaliah haji seseorang yang bertentangan dengan yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW bisa berakibat kepada sisi ‘mabrurnya’ haji seseorang terkurangi, bahkan tidak tercapai.

Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah dariku manasik haji”. Haji merupakan salah satu media pembelajaran ketakwaan dan ‘madrasah’ ibadah yang paling penting. Disini akan nampak kuatnya hubungan dan pertalian hati seseorang dengan Allah yang merupakan harta kekayaan orang yang bertakwa dan modal orang yang ahli beribadah. Dalam hal ini, tauhid yang lurus merupakan buah sekaligus motivasi seseorang memenuhi undangan ke Baitullah.

As-Sa’di mengatakan, ayat di atas (Qs. Al-Baqarah: 196) mengandung perintah untuk  melaksanakan haji dengan ikhlas dan sebaik-baiknya sehingga mencapai kesempurnaan. Perintah ikhlas merupakan penjabaran dari nilai tauhid seseorang yang benar kepada Allah SWT.

Dalam perjalanan ibadah haji, ada beberapa aspek tauhid yang terekam, di antaranya; pertama, Talbiyah yang merupakan syiar ibadah haji yang mengandung makna meng-Esa-kan Allah dan meniadakan sekutu bagi-Nya dalam setiap amalan. Sahabat Jabir ra. meriwayatkan bahwa Nabi SAW bertalbiyah meng-Esa-an Allah dengan banyak mengucapkan doa yang artinya, “Ya Allah, Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu.Tiada sekutu bagi-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu.

Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan juga kekuasaan hanyalah kepunyaan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”. (HR. Muslim). Talbiyah inilah yang paling banyak menyertai perjalanan haji seseorang yang mencerminkan kesiapan seseorang untuk senantiasa mentauhidkan Allah dalam seluruh kehidupannya.

Tentu ini mengingatkan mereka agar senantiasa berada dalam koridor ‘tauhid’ kepada Allah SWT. Kedua, Nabi menekankan untuk beramal dengan ikhlas serta berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya’ (memperlihatkan amal perbuatan kepada orang lain) dan sum’ah (memperdengarkan amal kepada orang lain).

Hadis riwayat Anas ra menyebutkan bahwa Nabi SAW berdoa yang artinya, “Ya Allah, Ku tunaikan haji ini, maka jadikanlah hajiku ini tanpa riya’ dan sum’ah”. (HR. Ibnu Majah).

Ketiga, selain dari aktifitas fisik, maka aktifitas terbanyak dalam ibadah haji adalah doa. Dalam ibadah haji, doa mendapatkan tempat yang istimewa bagi Nabi SAW Rasulullah berdoa memohon kepada Allah ketika tawaf (HR Abu Daud).

Ketika berada di bukit Shafa dan Marwah. Bahkan beliau memanjangkan doa pada hari Arafah. Beliau juga ketika berada di atas untanya mengangkat kedua tangan hingga pada bagian dada seperti seorang fakir menengadahkan tangan meminta-minta.

Demikian pula di Muzdalifah sebagai al-Masy’ar al-Haram, Rasulullah memperpanjang munajat sesudah shalat fajar di awal waktu hingga menjelang matahari terbit. (HR. Muslim). Wallahua’lam.